Pada pukul dua dini hari, ponsel tiba-tiba terus bergetar tanpa henti. Dari seberang sana, terdengar suara serak Pak Yang, diselingi suara benda pecah—"Habis sudah, 800 ribu lenyap semua…"

Ceritanya begini: saudara ini di malam tahun baru Cina bertahan sampai jam tiga pagi, memasukkan seluruh hartanya ke kontrak leverage koin yang sedang tren. Hasilnya, pasar berbalik arah, pagi bangun langsung dapat notifikasi likuidasi. Ponsel baru langsung hancur di tempat, semua aplikasi trading dihapus satu per satu. Keluarga memanggilnya makan malam Imlek, dia malah duduk di balkon merokok satu batang demi satu, seluruh Imlek terasa seperti melewati bencana.

Beberapa hari kemudian dia menghubungi saya lagi, saldo akunnya tinggal 5.000 dolar AS. Nada bicaranya di telepon terdengar pasrah: "Bidang ini, mungkin memang saya nggak cocok."

Tapi kita semua paham, di lingkaran ini, makin keras jatuhnya, makin besar rasa tidak terima di hati. Masalahnya, cuma rasa tidak terima saja tidak cukup, harus ganti strategi.

Saya tidak bicara soal cara ajaib cepat kaya, langsung saya paparkan tiga pelajaran berdarah—semua ini saya dapatkan setelah rugi 100 ribu dolar:

**Pertama, soal manajemen posisi.** Jangan pernah lebih dari 40%.
Lalu sisa dananya bagaimana? Bagi dua. Setengah disimpan di tempat yang bisa diambil kapan saja, untuk menambah posisi saat harga turun; setengah lagi dikunci jangka waktu, sebagai dana darurat. Mereka yang nekat all in, saat pasar bagus memang seperti dewa perang, tapi setelah likuidasi, nasibnya paling tragis. Kalau seluruh harta kamu lempar ke pasar, ibarat semua telur ditaruh di satu keranjang tanpa penutup—tinggal menunggu pecah.

**Kedua, soal cut loss.** Harus cepat, harus tegas, jangan ragu.
Saya tetapkan batas tegas untuk Pak Yang: jika kerugian mengambang satu koin sudah lebih dari 15%, atau menembus level kunci (misal rata-rata garis 20 hari