#数字货币市场洞察 akun pernah anjlok 800 ribu, orang di sekitar saya menyarankan untuk menerima nasib dan kembali kerja kantoran. Waktu itu, di tangan saya hanya tersisa 2000U, yang menjadi chip terakhir saya di pasar kripto.

Banyak orang mengira bangkit kembali itu soal keberuntungan atau info orang dalam. Salah. Saya mengandalkan seperangkat aturan trading yang kaku sampai membosankan—setiap kali masuk posisi, level take profit dan stop loss harus ditandai jelas dari awal, ditulis di catatan trading. Selama pasar berjalan, tidak boleh mengubah keputusan secara tiba-tiba.

Setiap order wajib pasang stop loss. Begitu rugi menyentuh batas, langsung keluar tanpa berharap-harap. Saat tidak ada sinyal yang jelas, lebih baik tidak pegang posisi dan bengong daripada asal masuk pasar. Sudah untung? Segera tarik sebagian profit, jangan kasih kesempatan pasar mengambil balik.

Sembilan minggu pertama praktik: Saat BTC rebound, saya langsung kunci profit utama; waktu LTC naik berlawanan saya keluar bertahap, tidak serakah mengejar sisa kenaikan. Empat kali berturut-turut untung, akun dari 2000U bertumbuh jadi lebih dari 30 ribu U, akhirnya naik ke skala 550 ribu U.

Ada yang tanya apakah saya bisa selalu prediksi pasar dengan akurat. Jujur saja, saya pun sering tidak paham arah pasar. Tapi yang bisa saya lakukan adalah: menahan diri.

Di pasar kripto, sebagian besar orang bukan kalah karena pergerakan harga, tapi kalah karena diri sendiri—harga naik buru-buru beli di puncak, harga turun panik cut loss; tidak pernah pasang stop loss, juga tidak rencana kapan ambil profit; untung jadi sombong, rugi malah nekat all-in. Masalahnya bukan di pasar, tapi karena tidak punya kerangka trading yang bisa diulang.

Sekarang kalau saya lihat ke belakang, titik awal 2000U itu tidak penting. Yang penting adalah bisa disiplin pada aturan, meski setiap kali cuma untung sedikit, waktu akan mengubah profit kecil jadi angka besar. Disiplin itu terdengar membosankan, tapi itu satu-satunya senjata orang biasa untuk bertahan hidup di pasar ini.