Semakin buruk data ekonomi, peluang rebound justru mungkin semakin dekat. Kedengarannya kontradiktif? Namun sejarah membuktikan, kepanikan sering kali melahirkan titik balik.
Saat data ketenagakerjaan ADP anjlok, layar penuh dengan jeritan "ekonomi bakal runtuh". Tapi saya lebih memperhatikan sinyal lain—ekspektasi penurunan suku bunga The Fed sedang memanas. Sekarang, pasar mematok probabilitas penurunan suku bunga pada rapat kebijakan Desember sebesar 84%. Kepastian setinggi ini adalah jendela strategis yang benar-benar layak dimanfaatkan.
Pada rapat FOMC 9-10 Desember, besar kemungkinan akan terjadi skenario "turunkan suku bunga 25 basis poin, tapi tetap bicara keras soal kehati-hatian ke depan". Kedengarannya seperti memberi gula dengan tangan kiri, menarik jaring dengan tangan kanan? Benar, inilah yang disebut "hawkish cut"—memang diturunkan, tapi jangan berharap penurunan selanjutnya akan banyak.
Mengapa langkah The Fed ini cerdik? Lihat saja, di internal bank sentral terjadi perdebatan sengit, diperkirakan rapat Desember bisa menghasilkan hingga empat suara menentang. Semakin besar perbedaan pendapat, semakin sulit mereka memilih antara inflasi dan pertumbuhan. Dan "hawkish cut" adalah solusi paling optimal: memberi suntikan semangat pada pasar tenaga kerja yang lesu (( tingkat pengangguran sudah 4,44%)), sekaligus mendinginkan pasar lewat proyeksi ke depan—mengisyaratkan kemungkinan hanya dua kali pemotongan pada 2025.
Ada logika yang terkesan berlawanan—semakin buruk data ekonomi, kemungkinan penurunan suku bunga justru makin besar. Karena The Fed punya dua mandat: menjaga harga tetap stabil dan melindungi lapangan kerja. Ketika data ketenagakerjaan jelas memburuk, mereka harus bertindak agar ekonomi tak terperosok ke jurang resesi.
Powell sendiri mengakui, keputusan penurunan suku bunga Oktober lalu "mendebarkan seperti berjalan di atas tali", bahkan menegaskan bahwa "ke depan kami akan lebih berhati-hati". Namun kehati-hatian ini bukan berarti pesimis, melainkan menyisakan banyak ruang untuk kebijakan ke depannya. Yang paham pasti tahu—peluang terbaik sering kali tersembunyi saat pasar sedang paling cemas.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
11 Suka
Hadiah
11
4
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
SatoshiLeftOnRead
· 12-05 23:12
84% probabilitas? Angka ini sudah keluar masih ada yang pesimis soal pasar, memang sudah jadi mentalitas seorang "retail" sejati.
"Penurunan suku bunga hawkish" terdengar seperti permainan kata-kata, memang diturunkan tapi jangan senang dulu... inilah "seni" The Fed.
Data ketenagakerjaan anjlok malah jadi titik beli? Sudahlah, saya tetap tunggu hasil Desember.
Logika ini kalau dibalik juga masuk akal, kalau datanya jelek banget The Fed pasti harus selamatkan pasar, nggak ada cara lain.
Yang benar-benar paham sudah mulai ambil posisi saat orang lain masih cemas, saya sendiri masih jadi penonton.
Perumpamaan Powell "jalan di atas tali", intinya ya sambil turunkan suku bunga sambil kasih peringatan ke pasar.
Kenapa selalu terasa The Fed sedang main kata-kata, bilang turun dua kali tapi rasanya kayak nggak ada efeknya.
Waktu pasar paling panik justru peluang terbesar, kata-kata ini sudah terlalu sering saya dengar... hasilnya?
Lihat AsliBalas0
TokenomicsDetective
· 12-05 03:41
84% probabilitas pemotongan suku bunga? Orang ini benar-benar menghitungnya dengan sangat presisi, tapi menurut saya ini cuma euforia pasar saja.
Pemotongan suku bunga hawkish terdengar seperti kebohongan yang dibungkus dengan permen; pokoknya saya tidak percaya omong kosong soal hanya akan ada dua kali pemotongan di 2025.
Data ekonomi jelek = peluang sudah dekat? Secara logika memang begitu, tapi pas pasar turun kayak gini siapa juga yang berani masuk?
Lihat AsliBalas0
AirdropHarvester
· 12-05 03:40
84% kemungkinan? Angka ini terdengar agak mengada-ada, rasanya pasar lagi-lagi sedang menghibur diri sendiri.
Tunggu dulu, hawkish tapi turunkan suku bunga? Bukankah itu berarti turunkan tapi sebenarnya tidak benar-benar turun, cuma akal-akalan saja.
Tingkat pengangguran 4,44% saja belum memicu alarm, Fed benar-benar lihai memainkan pisau bedahnya.
Kita retail cuma bisa melihat saja, tangan kiri dan kanan semua sudah sesuai skenario mereka.
Kartu truf yang sebenarnya masih tersembunyi untuk tahun depan, sekarang ngomong apa pun percuma.
Kalimat Powell soal "berjalan di atas tali" saya percaya, tapi selanjutnya harus hati-hati? Omongannya lebih indah dari kenyataannya.
Yang paham diam-diam sudah mulai akumulasi, yang cemas masih teriak pasar akan anjlok.
Kesempatan kali ini memang tersembunyi dalam-dalam, kuncinya apakah kamu berani masuk atau tidak.
Semakin panik pasar, saya justru semakin tenang, inilah bedanya antara investor awam dan yang licik.
Lihat AsliBalas0
Frontrunner
· 12-05 03:35
84% peluang penurunan suku bunga? Begitu angka ini keluar, saya langsung tahu saatnya beli di harga bawah, sejarah memang selalu penuh ironi.
Penurunan suku bunga dengan gaya hawkish ini benar-benar lihai, ingin menyelamatkan lapangan kerja tapi tetap ingin terlihat tegas, Federal Reserve memang jago akting.
Semakin buruk data ekonomi, semakin besar peluangnya, logika ini sudah saya pahami sejak lama, orang yang paham sekarang diam-diam sedang akumulasi.
Empat suara menentang? Itu berarti ada perpecahan internal, perbedaan seperti ini justru jadi sinyal positif.
Daripada mendengarkan ratapan, lebih baik lihat data, rapat bulan Desember adalah titik krusial, setelah itu mode rebound akan dimulai.
Semakin buruk data ekonomi, peluang rebound justru mungkin semakin dekat. Kedengarannya kontradiktif? Namun sejarah membuktikan, kepanikan sering kali melahirkan titik balik.
Saat data ketenagakerjaan ADP anjlok, layar penuh dengan jeritan "ekonomi bakal runtuh". Tapi saya lebih memperhatikan sinyal lain—ekspektasi penurunan suku bunga The Fed sedang memanas. Sekarang, pasar mematok probabilitas penurunan suku bunga pada rapat kebijakan Desember sebesar 84%. Kepastian setinggi ini adalah jendela strategis yang benar-benar layak dimanfaatkan.
Pada rapat FOMC 9-10 Desember, besar kemungkinan akan terjadi skenario "turunkan suku bunga 25 basis poin, tapi tetap bicara keras soal kehati-hatian ke depan". Kedengarannya seperti memberi gula dengan tangan kiri, menarik jaring dengan tangan kanan? Benar, inilah yang disebut "hawkish cut"—memang diturunkan, tapi jangan berharap penurunan selanjutnya akan banyak.
Mengapa langkah The Fed ini cerdik? Lihat saja, di internal bank sentral terjadi perdebatan sengit, diperkirakan rapat Desember bisa menghasilkan hingga empat suara menentang. Semakin besar perbedaan pendapat, semakin sulit mereka memilih antara inflasi dan pertumbuhan. Dan "hawkish cut" adalah solusi paling optimal: memberi suntikan semangat pada pasar tenaga kerja yang lesu (( tingkat pengangguran sudah 4,44%)), sekaligus mendinginkan pasar lewat proyeksi ke depan—mengisyaratkan kemungkinan hanya dua kali pemotongan pada 2025.
Ada logika yang terkesan berlawanan—semakin buruk data ekonomi, kemungkinan penurunan suku bunga justru makin besar. Karena The Fed punya dua mandat: menjaga harga tetap stabil dan melindungi lapangan kerja. Ketika data ketenagakerjaan jelas memburuk, mereka harus bertindak agar ekonomi tak terperosok ke jurang resesi.
Powell sendiri mengakui, keputusan penurunan suku bunga Oktober lalu "mendebarkan seperti berjalan di atas tali", bahkan menegaskan bahwa "ke depan kami akan lebih berhati-hati". Namun kehati-hatian ini bukan berarti pesimis, melainkan menyisakan banyak ruang untuk kebijakan ke depannya. Yang paham pasti tahu—peluang terbaik sering kali tersembunyi saat pasar sedang paling cemas.