
Economic Policy Uncertainty (EPU) kini menjadi penggerak utama dinamika pasar cryptocurrency, secara mendasar mengubah pergerakan harga dan pola perdagangan di seluruh aset digital. Studi menunjukkan bahwa peningkatan EPU secara signifikan memicu volatilitas Bitcoin, dengan kebijakan Federal Reserve menyumbang sekitar 60% dari volatilitas pasar kripto. Saat ketidakpastian makroekonomi meningkat, investor menunjukkan perubahan perilaku mencolok yang memicu lonjakan harga tidak berkesinambungan serta peningkatan risiko.
Hubungan antara EPU dan imbal hasil cryptocurrency menunjukkan pola yang kompleks tergantung kondisi pasar. Dalam situasi ketidakpastian kebijakan yang tinggi, Bitcoin menampilkan dua karakteristik: volatilitas meningkat karena investor cenderung keluar dari posisi, namun di sisi lain, di kuantil atas, aset ini justru memperkuat peran sebagai instrumen lindung nilai saat investor berpengalaman mencari alternatif safe haven. XCN dan Ethereum juga menunjukkan respons terhadap perubahan kebijakan makroekonomi, meski intensitasnya berbeda di tiap rezim ekonomi.
Pernyataan bank sentral dan perubahan kebijakan fiskal memicu reaksi pasar secara langsung. Injeksi likuiditas dan perubahan suku bunga menyebar ke pasar crypto, berdampak nyata pada volume perdagangan dan mekanisme price discovery. Karena pasar cryptocurrency berskala global, ketidakpastian kebijakan domestik di negara besar seperti Amerika Serikat berdampak hingga ke bursa internasional, mempengaruhi valuasi aset tanpa batas geografi. Sensitivitas sistemik ini membuat pelaku institusi secara aktif memantau indeks EPU saat menyusun portofolio crypto.
Penyesuaian kebijakan moneter Federal Reserve menimbulkan efek riak terukur di seluruh pasar cryptocurrency. Studi berdasarkan data perdagangan frekuensi tinggi dari lebih dari 3,4 juta observasi menunjukkan bahwa volatilitas crypto meningkat signifikan pada hari pengumuman FOMC dibandingkan periode biasa. Bukti empiris memperlihatkan pergerakan harga umumnya 5-10%, dengan Bitcoin menunjukkan reaksi paling kuat terhadap komunikasi Fed.
Saat Federal Reserve mengisyaratkan perubahan kebijakan—baik melalui keputusan suku bunga atau penyesuaian neraca—investor institusi dan ritel segera merelokasi modal di pasar aset digital. Lingkungan kebijakan 2025 mempertegas pola ini: saat pasar mengantisipasi penurunan suku bunga, harga crypto cenderung naik, sementara sikap hawkish Fed memicu aksi jual tajam. Data memperlihatkan volatilitas intraday mencapai puncak dalam enam jam pasca pernyataan FOMC, dengan rata-rata imbal hasil abnormal jauh menyimpang dari baseline.
Proses transmisi berjalan melalui berbagai kanal. Kebijakan Fed langsung mempengaruhi likuiditas dolar, ketersediaan leverage, dan sentimen risiko di pasar global. Pasar crypto sangat sensitif terhadap pengumuman kebijakan moneter karena aset digital bersaing dengan instrumen berisiko lain seperti saham dan obligasi. Saat Fed memperketat lewat kontraksi neraca—seperti kontraksi 340 miliar dolar pada 2025—investor secara sistematis memangkas eksposur ke aset berisiko tinggi, memicu volatilitas khas 5-10% di pasar crypto. Korelasi ini menegaskan alasan pelaku crypto memantau setiap komunikasi Federal Reserve sebagai penggerak pasar utama.
Studi tahun 2025 menunjukkan korelasi yang kuat, sebesar 0,7, antara fluktuasi pasar keuangan tradisional dan harga cryptocurrency, menandai perubahan besar dalam interaksi aset digital dengan pasar konvensional. Bitcoin memiliki keterkaitan sangat erat dengan aset berisiko seperti saham, obligasi, dan komoditas, serta tetap berkorelasi negatif dengan dolar AS sebagai safe haven. Ini menempatkan Bitcoin sebagai aset berisiko, bukan lindung nilai.
Keterkaitan ini makin menonjol dalam kondisi pasar ekstrem. Ketika terjadi tekanan besar seperti perubahan kebijakan Federal Reserve atau peristiwa geopolitik, korelasi antara Bitcoin dan pasar ekuitas meningkat drastis. Menurut analisis terkini, guncangan harga crypto kini menyumbang sekitar 18% fluktuasi pasar saham dan 27% pergerakan harga komoditas, menandakan integrasi crypto yang semakin dalam di sistem keuangan global.
Namun, pola korelasi ini menunjukkan dampak yang tidak simetris. Return aset tradisional secara langsung mempengaruhi harga crypto melalui beragam saluran, sementara return cryptocurrency berdampak lebih kecil pada pasar konvensional. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa pasar crypto masih jauh lebih sensitif terhadap faktor makroekonomi daripada sebaliknya. Data mengindikasikan, walau adopsi institusional dan pengakuan publik terhadap crypto semakin luas, indikator keuangan tradisional—khususnya suku bunga dan inflasi—tetap menjadi penentu utama perilaku pasar crypto, mencerminkan kematangan aset ini dalam infrastruktur keuangan global.
XCN adalah token ERC-20 Ethereum yang berfungsi untuk utilitas, gas, dan tata kelola di blockchain Onyx. Token ini menjamin keamanan jaringan dan memungkinkan transfer aset lintas chain.
Ya, XCN diperkirakan akan mencapai 1 dolar pada tahun 2033, dengan asumsi pertumbuhan pasar crypto dan adopsi teknologi blockchain yang makin luas dalam ekonomi global.
XCN dikembangkan oleh divisi blockchain JP Morgan yang kini bernama Kinexys. JP Morgan memiliki XCN secara tidak langsung melalui Kinexys.
Harga XCN turun 34% akibat whale halving. Sentimen pasar tertekan karena investor besar mengurangi kepemilikan. Harga saat ini mencerminkan dampak pasar yang signifikan.











